Wednesday, November 13, 2013

Tugas : Bahasa Indonesia # ( diksi )

Diksi

Pengertian Diksi

            Diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan/ gagasan dari apa yang di inginkan. Namun, akan lebih baik jika dalam mengungkapkan gagasannya, ia dapat memilih  atau menempatkan kata secara tepat dan sesuai.Pilihan kata (diksi) pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata yang dapat menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar. Untuk itu, agar gagasan-gagasan tersebut dapat dengan tepat ada pada majinasi pembaca atau pendengar, ketersediaan kata yang dimiliki oleh seorang penulis mutlak diperlukan yaitu berupa perbendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki daftar kata. Persoalan ketepatan pilihan kata dari daftar kata itu akan menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang, sehingga dari daftar kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata.
            Pemilihan kata bukanlah sekadar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pilihan kata adalah di antaranya penulis/pengarang mampu membedakan secara cermat denotasi dan konotasi kata, mampu mengetahui kata kerja yang menggunakan kata depan yang harus digunakan secara idiomatis, mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya, menghindari kata-kata ciptaan sendiri, waspada terhadap penggunaan kata asing, dan mampu membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan, sebagai contoh, kata matibersinonim dengan mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur, berpulang,kembali ke haribaan Tuhan. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya. Kita tidak dapat mengatakan Kucing kesayanganku wafat tadi malam. Sebaliknya, kurang tepat pula jika kita mengatakan Menteri Fulan mati tadi malam. Itulah contoh hasil analisis dan pertimbangan tertentu. Jadi, ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya. Demikian pula masalah makna kata yang tepat meminta pula perhatian penulis atau pembicara untuk tetap mengikuti perkembangan makna kata dari waktu ke waktu.
Dari uraian di atas ada tiga hal yang dapat kita simpulkan, yaitu :
(1) kemampuan memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai banyak kosa kata,
(2) pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna yang bersinonim,
(3) pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih kata yang tepat dan cocok untuk situasi atau konteks tertentu.
Dengan demikian bahwa pilihan kata sebenarnya berhubungan dengan tutur dan tata tulis untuk mewadahi pikiran. Untuk memilih kata dengan tepat, diperlukan penguasaan kosa kata yang memadai. Kata yang dipilih harus dapat memberi ketepatan makna karena pada masyarakat tertentu sebuah kata sering mempunyai makna yang baik , dan pada masyarakat lain memberikan makna yang kurang baik. Penggunaan kata harus sesuai dengan norma kebahasaan masyarakat. Agar tidak salah, gunakanlah kamus sebagai pedoman dalam pemilihan kata. Karena dengan menggunakan kamus, kata-kata yang disajikan tidak hanya sebatas kata, tetapi juga beserta contoh kalimatnya, sehingga kita bisa melihat dengan tepat konteks kata tersebut.
Jadi, yang dimaksud dengan pilihan kata / DIKSI adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Agar maksud dan tujuan pilihan kata dapat tercapai seperti apa yang telah dituliskan pada definisi tersebut diperlukan semacam indikator bahwa si pendengar atau pembaca dapat memiliki gambaran atau perasaan yang sama layaknya penulis atau pembicara, yaitu :
(1) dapat mengomunikasikan gagasan dan sesuai berdasarkan kaidah suatu bahasa, dalam hal ini adalah kaidah bahasa Indonesia,
(2) menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna,
(3) menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara, dan
(4) menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.
Untuk itu diperlukan sesuatu yang disebut dengan kesesuaian pilihan kata danketepatan pilihan kata walaupun kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Ketepatan pilihan kata berkenaan dengan apakah kata yang digunakan sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak menimbulkan anggapan yang lain antara pembicara dan pendengar atau penulis dengan pembaca. Adapun yang berkenaan dengan kesesuain pilihan kata, apakah kata yang digunakan tersebut tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang diajak berbahasa.
Agar seseorang dapat mendayagunakan bahasa secara maksimal diperlukan kesadaran betapa pentingnya menguasai kosakata. Penguasaan kosa kata tidak akan perrnah lepas dari kemampuan menggunakan pilihan kata secara tepat. Memilih kata yang tepat untuk dapat menyampaikan gagasan ilmiah menuntut penguasaan, seperti
(1) keterampilan yang tinggi terhadap bahasa yang digunakan,
(2) wawasan bidang ilmu yang dtulis,
(3) konsistensi penggunaan sudut pandang, istilah, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak menimbulkan salah penafsiran,
(4) syarat ketepatan kata, dan
(5) syarat kesesuaian kata. Oleh karena itu, ketepatan pemilihan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis dalam karangan.
Ketepatan tersebut akan dapat menghasilkan kepastian makna, sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan, sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dan pendengarnya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan karangan berkualitas, penulis harus memperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata.  Agar dapat memiliki ketepatan dan kesesuaian kata dalam pemilihan kata, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.


Tugas : Bahasa Indonesia ( Ragam Bahasa )



Ragam Bahasa

Indinesia  nerupakan salah satu Negara yang memiliki kulturragam bahasa yang variativ, dan termasuk terbanyak di dunia. hal ini merupakan kekayaan Indonesia yang tak ternilai. Dan dari banyaknya keragaman itulah sehingga para pendahulu kita berinisiative membentuk bahasa Indonesia sebagai pemersatu bahasa kita yang berbeda menurut suku dan budaya daerah masing-masing.
Dan dibawah ini penulis akan coba untuk menjabarkan ragam bahasa, sebagai salah satu tugas yang penulis wajib kerjakan, demi terlaksananya dan terealisasinya seperti pada “table masa depan” postingan terdahulu.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa atau tuntutan pemakaian yang berbeda-beda menurut tempat, topik, penutur, sarana/ medium pembicaraan, dan sebagainya. Adanya ragam bahasa Indonesia disebabkan oleh perkembangan masyarakat (konteks sosial).
1.       Variasi Bahasa dari Segi Penutur
a.    Variasi bahasa idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan.
b.    Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.
c.     Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu.
d.    Variasi bahasa sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya.
  • Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu variasi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia.
  • Variasi bahasa berdasarkan pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa.
  • Variasi bahasa berdasarkan jenis kelamin adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita.
  • Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur.
  • Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan adalah variasi yang terkait dengan tingkat dan kedudukan penutur (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya.
  • Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur.
1)   Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi dari variasi sosial lainya;
2)  Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dipandang rendah;
3)  Vulgar adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;
4)  Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia;
5)  Kolokial adalah variasi bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis;
6)   Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu;
7)   Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi  dan bersifat rahasia;
8)   Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan.
2.       Variasi Bahasa dari Segi Pemakaian
  • Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa.
  • Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata.
3.       Variasi Bahasa dari Segi Keformalan
  • Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat.
  • Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
  • Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.
  • Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi.
  • Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab.
  • Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan.
4.       Variasi Bahasa dari Segi Sarana
Ragam bahasa ini lazim dibagi atas ragam lisan dan ragam tulisan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perbedaan ragam lisan dan tulisan, antara lain:
  • Berhubungan dengan suasana peristiwanya. Kalimat dalam ragam tulisan harus lebih cermat, fungsi-fungsi gramatikal harus nyata.
  • Berkaitan dengan beberapa upaya yang digunakan dalam ujaran, misalnya tinggi rendah dan panjang pendeknya suara serta irama kalimat yang sulit dilambangkan denngan ejaan dan tata tulis yang kita miliki.



Tugas Riset ISD#



Tugas ISD ( Ilmu Sosial Dasar )  #
( Riset Lingkungan Hidup )
Maraknya Aksi Curanmor ( Pencurian Kendaraan Bermotor ) di kalangan Masyarakat

I.    Latar Belakang
Adapun yang melatar belakangi masalah ini adalah karena factor ekonomi, walaupun perekonomian Negara kita semakin hari kian membaik, tapi tidak serta merta perekonomian rakyatnya juga semakin membaik semuanya. Hal iini lah yang memicu terjadinya hal-hal yang mengakibatkan sebagian masyarakat menempuh jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tak jarang masyarakat tersebut melupakan Hukum dan norma-norma yang berlaku.
Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya pemukiman kumuh dan tidak laik huni di seputaran kita, termasuk di Ibu Kota Negara ini, yang mana sebagian dari kolong jembatannya digunakan oleh masyarakat bahkan sebagai tempat untuk tinggal dan tanpa memikirkan resikonya.  Hal ini semata-mata sulitnya mencari pekerjaan di ibukota, dan keterbatasan kemampuan / skiil yang mereka miliki untuk berwira usaha.
Hal ini pula lah yang mengakibatkan maraknya kasus criminal yang terjadi dalam tanah air, secara khusus yang ada di daerah tempat tinggal saya selaku penulis yang melakukan riset ini, ysitu di daerah Perumahaan Taman Wisma Asri.  Adanya niat penulis melakukan riset ini seiring dengan adanya surat peringatan dari kelurahaan melalui RT/RW setempat kepada penulis tentang Himbauan agar lebih waspada, karena maraknya aksi curanmor. Hal inilah yang membuat penulis merasa tertarik mengangkat judul ini untuk memenuhi tugas ISD # ini.

II.  Batasan Masalah
Adapun Batasan Masalah dalam penulisan hasil riset ini merupakan dalam hal-hal berikut :
1.      Ruang lingkup dalam riset yang penulis lakukan hanya dalam seputar Perum. Taman Wisma Asri.
2.      Riset yang penulis lakukan hanya mengenai factor pemicu maraknya curanmor di lingkungan.


III.        Tujuan
Adapun tujuan dari penulis dalam mengangkat hasil riset ini karena penulis merasa tertantang untuk menelusuri pokok penyebab akarmasalah dari aksi “curanmor”  sehingga kita selaku masyarakat dapat mencegah dan mengurangi aksi ini dengan cara meningkatkan kepedulian kita terhadap sesame kita.
Tulisan ini juga bermanfaat untuk memenuhi tanggung jawap penulis selaku mahasiswa, sehingga dapat memperoleh hasil penilaian yang maksimal dari pak Kiky selaku dosen ISD # pada kelas yang saya ambil.
Sekaligus juga tulisan ini bertujuan agar pembaca dapat mengerti, penyebap maraknya aksi tindak pidana kriminal dalam masyarakat merupakan factor kebutuhan sosial dan kebutuhan primer masyarakat yang masih banyak jauh dari kata layak.


IV.Manfaat
Penulis berharap agar kiranya kehidupan masyarakat Indonesia secara nasional semakin baik, dan semakin makmur. Agar kiranya tindakan-tindakan kriminal yang ada/ kerap kali terjadi dalam kehidupan berasyarakat dapat diminimalisir, karena dengan perekonomian masyarakat yang semakin bertumbuh baik, maka penulis yakin tidak aka nada yang mau dan ingin turun/ mengambil langkah extrim dengan cara meng halalkan segala cara.
Oleh karena itu, besar harapan penulis agar pemerintah pusat, dan daerah, bserta pejabat terkait yang membidangi kesejahtraan rakyat kiranya lebih peduli, dan lebih memikirkan strategi untuk mendongkrak pendapatan rakyat sehingga semakin sejahtera, karena “jika masyarakat sebuah Negara dalam kehidupan ekonominya bertumbuh semakin baik setiap tahunnya, maka Negara itu juga akan semakin aman dan Makmur, dan juga berlaku untuk sebaliknya”.


Adapun bukti pendukung dari riset ini adalah foto dibawah ini :