Roket Indonesia Menjadi Buah bibir Negara Tetangga
(IMP) -- Teknologi Roket Indonesia
yang mulai di kuatirkan oleh negara Tetangga. Momentum ini harus dijaga
terus dan ditingkatkan sebagai kebanggaan atas kemampuan teknologi
sendiri. Jangan sampai karya insinyur Indonesia ini dijegal justru oleh
orang Indonesia sendiri (biasa) para ekonom-ekonom Pemerintah yang
sering menganggap karya bangsa sendiri sebagai terlalu mahal dan hanya
buang-buang uang saja untuk riset ….!
Meski sudah berlangsung, peluncuran roket RX-420
Lapan ternyata masih jadi buah bibir. Anehnya bukan jadi buah bibir di
Indonesia yang lebih senang cerita politik, tetapi di Australia,
Singapura dan tentu saja di negara tetangga yang belakangan ini suka
menganggap remeh Indonesia.
Seperti diketahui roket RX-420
ini menggunakan propelan yang dapat memberikan daya dorong lebih besar
sehingga mencapai 4 kali kecepatan suara. Hal itu membuat daya
jelajahnya mencapai 100 km. Bahkan bisa mencapai 190 km bila struktur
roket bisa dibuat lebih ringan. Yang punya nilai tambah tinggi ini
adalah 100% hasil karya anak bangsa, para insinyur Indonesia. Begitu
pula semua komponen roket-roket balistik dan kendali dikembangkan
sendiri di dalam negeri, termasuk software. Hanya komponen subsistem
mikroprosesor yang masih diimpor.
Anggaran
yang dikeluarkan untuk peluncurannya pun “cuma” Rp 1 milyar. Kalah jauh
dengan yang dikorupsi para anggota DPR untuk traveller checks pemenangan
Miranda Gultom sebagai Deputi Senior Gubernur BI yang lebih dari Rp 50
milyar. Apalagi kalau dibandingkan dengan korupsi BLBI yang lebih dari
Rp 700 trilyun.
Mengapa malah menjadi buah bibir di Australia, Singapura dan Malaysia?
Karena
keberhasilan peluncuran roket Indonesia ini ke depan akan membawa
Indonesia mampu mendorong dan mengantarkan satelit Indonesia bernama
Nano Satellite sejauh 3.600 km ke angkasa. Satelit Indonesia ini nanti
akan berada pada ketinggian 300 km dan kecepatan 7,8 km per detik.
Bila ini terlaksana Indonesia akan menjadi negara yang bisa
menerbangkan satelit sendiri dengan produk buatan sendiri. Indonesia
dengan demikian akan masuk member “Asian Satellite Club” bersama Cina,
Korea Utara, India dan Iran.
Nah
kekhawatiran Australia, Singapura dan Malaysia ini masuk akal, bukan?
Kalau saja Indonesia mampu mendorong satelit sampai 3.600 km untuk
keperluan damai atau keperluan macam-macam tergantung kesepakatan rakyat
Indonesia. Maka otomatis pekerjaan ecek-ecek bagi Indonesia untuk mampu
meluncurkan roket sejauh 190 km untuk keperluan militer bakal sangat
mengancam mereka sekarang ini pun juga!!!
Kalau
tempat peluncurannya ditempatkan di Batam atau Bintan, maka Singapura
dan Malaysia Barat sudah gemetaran bakal kena roket Indonesia. Dan kalau
ditempatkan di sepanjang perbatasan Kalimantan Indonesia dengan
Malaysia Timur, maka si OKB Malaysia tak akan pernah berpikir ngerampok
PULAU. Akan hal Australia, mereka ada rasa takutnya juga. Bahwa mitos
ada musuh dari utara yakni Indonesia itu memang bukan sekedar mitos
tetapi sungguh ancaman nyata di masa depan dekat.
Rupanya
Australia, Singapura dan Malaysia sudah lama paham bahwa
insinyur-insinyur Indonesia tidak bisa diremehkan begitu saja. Buktinya?
Tidak hanya gentar dengan roket RX-420 Lapan tetapi mereka sekarang
sedang mencermati pengembangan lebih jauh dari CN235 versi Militer
buatan PT. DI. Juga mencermati perkembangan PT. PAL yang sudah siap dan
mampu membuat kapal selam asal dapat kepercayaan penuh dan dukungan dana
dari pemerintah.
Kalau para ekonom Indonesia yang Pro World Bank dan IMF
menyebut pesawat-pesawat buatan PT DI ini terlalu mahal dan menyedot
investasi terlalu banyak (“cuma” Rp 30 trilun untuk infrastruktur total,
SDM dan lain-lain) dan hanya jadi mainannya BJ Habibie. Tetapi mengapa
Korea Selatan dan Turki mengaguminya setengah mati? Turki dan Korsel
adalah pemakai setia CN 235 terutama versi militer sebagai yang terbaik
di kelasnya.
Inovasi 40
insinyur-insinyur Indonesia pada CN 235 versi militer ini adalah
penambahan persenjataan lengkap seperti rudal dan teknologi radar yang
dapat mendeteksi dan melumpuhkan kapal selam. Jadi kalau mengawal
Ambalat cukup ditambah satu saja CN235 versi militer (disamping armada TNI AL dan pasukan Marinir yang ada) untuk mengusir kapal selam dan kapal perang Malaysia lainnya.
Nah, jadi
musuh yang sebenarnya ada di Indonesia sendiri. Yakni watak orang
Indonesia yang tidak mau melihat orang Indonesia sendiri berhasil. Karya
insinyur-insinyur Indonesia yang hebat dalam membuat alutsista
dibilangin orang Indonesia sendiri terutama para ekonom pro Amerika Serikat dan Eropa:
“Mending beli langsung dari Amerika Serikat dan Eropa karena harganya
lebih murah”. Mereka tidak berpikir jauh ke depan bagaimana Indonesia
akan terus tergantung di bidang teknologi, Indonesia hanya akan menjadi
konsumen teknologi dengan membayarnya sangat mahal terus menerus sampai
kiamat tiba.
Kalau ada
kekurangan yang terjadi dengan industri karya bangsa sendiri, harus
dinilai lebih fair dan segera diperbaiki bersama-sama. Misalnya para
ahli pemasaran atau sarjana-sarjana ekonomi harus diikutsertakan dalam
team work. Sehingga insinyur-insinyur itu tidak hanya pinter produksi
sebuah pesawat tetapi setidaknya tahu bagaimana menjual sebuah pesawat
itu berbeda dengan menjual sebuah Honda Jazz.
Kalau ada
kendala dalam pengadaan Kredit Ekspor sebagai salah satu bentuk
pembayaran, tolong dipecahkan dan didukung oleh dunia perbankan, agar
jualan produk sendiri bisa optimal karena akan menarik bagi calon
pembeli asing yang tak bisa bayar cash.
Bravoo.....
Maju Terus Indonesia ku...